BERJALAN DALAM KORIDOR ALLAH
BERJALAN DALAM
KORIDOR ALLAH
Oleh
: Tomi Eduarson Saogo, S.Th.
A.
Apa Koridor Itu?
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia kata koridor
berarti lorong, yang menghubungkan gedung yang satu dengan gedung yang
lain, gang,
jalan, lintasan atau dengan kata lain,
penghubung. Akan
tetapi
pengertian lain bisa disebut jalur
lalu lintas yang dimiliki suatu negara yang melintas negara lain. Dalam pengertian ini
saya lebih memilih memakai makna yang
pertama
yaitu: jalan, gang, jalur atau lintasan.
Di
Indonesia, kita pasti pernah melihat tulisan atau peta yang menggambarkan
koridor perjalanan di papan informasi atau petunjuk jalan lainya. Biasanya koridor ini kita temukan di
terminal bus, bandara, stasiun,
pelabuhan, serta di tempat lain yang berhubungan dengan
jalan. Yang pasti koridor ini berfungsi
sebagai pengarah jalan atau penunjuk jarak atau titik kordinat untuk memandu
para penumpang atau pemilik usaha transportasi tersebut, agar dapat mengetahui
arah perjalan. Jika diperhatikan, koridor yang dibuat oleh
manusia ini tentunya tidak salah, baik secara teori maupun praktik. Karena semua itu dibuat secara maksimal. Jadi koridor yang sudah dibuat itu adalah
jalan atau pemandu ketempat
yang pasti akan dilalui oleh alat
transportasi. Artinya ketika orang-orang
mengikuti koridor itu dipastikan mereka akan
sampai tujuan dengan tepat. Akan tetapi jika koridornya salah, maka tujuannyapun
tidak akan tepat, karena jalan yang sudah disiapkan tidak terlewati, otomatis
tidak akan sampai ditujuan, singkatnya akan menuju ketempat lain. Kemudian, untuk mengetahui kembali tujuan awal,
maka harus melihat lagi koridor mana yang akan dilewati agar bisa kembali ke
tujuan yang ingin dicapai, sekali lagi itu semua bergantung kepada koridor yang
ada.
Kurang
lebih seperti itulah pengertian koridor yang saya pahami, lalu kita kembali
pada judul “ Berjalan dalam Koridor Allah.”
Kita sudah pahami pengertian koridor, baik melalui KBBI, maupun
penjelasan yang sudah saya uraikan di atas, tentunya koridor yang sudah
dijelaskan itu adalah koridor yang dibuat oleh tangan manusia. Lalu bagaimana dengan koridor Allah yang
dimaksud dalam judul ini? Apakah koridor yang dimaksudkan itu dibuat
oleh tangan Allah sendiri, atau koridor yang dibuat manusia tapi melalui tangan
Allah? dan satu lagi, mungkin koridor yang dibuat
oleh Allah untuk orang Kristen yang
berjalan bersama Allah? dialog ini agak
lucu, tapi perlu dipertimbangkan. Untuk
memahami pertanyaan di atas penulis akan membahas
dibagian berikutnya.
B.
Koridor
Allah
Ketika
kita memahami tentang jalan Allah – dalam hal ini belajar tentang Firman Allah, tentu
kita akan mengetahui sifat, tujuan dan sebagian kecil dari rencana Allah. Pasti semuanya hanya ditujukan
kepada Allah.
Sebab memang isi Firman itu menjelaskan tentang jalan
Allah. Lalu bagaimana dengan jalan
manusia? Dalam
pemahaman ini penulis akan menghubungkan pembaca
kepada jalan Allah yang dibuat untuk manusia.
Setiap
manusia yang diciptakan Allah pasti berada dalam
kedaulatan Allah, karena Dia yang menciptakan. Akan tetapi yang penulis
maksudkan ialah, bahwa setiap orang sudah ada jalan yang
harus
dilaluinya, sesuai dengan rencana Allah.
Sebelum manusia lahir di dunia ini
Allah yang adalah Tuhan yang
berdaulat, berkuasa, dan
tak terbatas itu, menata kehidupan manusia begitu rupa, sehingga dikatakan
sungguh amat baik. Tidak ada satupun
dari karya Allah yang gagal. Akan tetapi
sebaliknya, semuanya sempurna adanya.
Begitupun dengan jalan-jalan manusia yang sudah diatur oleh Allah, dalam
hal ini saya menyebutnya ‘Koridor Allah’,
tidak pernah Allah salah mengatur perjalan panjang itu. “kita membaca bahwa manusia diciptakan menurut gambar Allah (Kej.
1:27). Ini berarti bahwa manusia itu
sempurna, . . .”[1] Namun sebaliknya, yang terjadi setelah penciptaan – justru manusia yang dikatakan sempurna itu, sempurna juga membuat kesalahan.
Mulai dari pemberontakan dari taman Eden, sampai saat ini kesalahan
terus menjadi pertanda keberdosaan manusia yang sudah mendarah daging. Jalan manusia pertama sudah diatur oleh
Allah, itulah koridor Allah sesuai rencana-Nya. Namun manusia pertama ini merusak tatanan itu. Manusia ingin bebas dari aturan Allah atau
koridor Allah, dengan kata lain bahwa manusia tidak mau berjalan dalam koridor
Allah. Tetapi Allah yang penuh dengan kasih tetap konsisten
dengan jalan-jalan manusia yang sudah dibuatnya, Allah bermaksud ingin menarik
manusia itu kepada koridor yang sudah ditentukan Allah, walaupun memang dengan
cara yang tidak menyenangkan.
Manusia pertama harus menderita
karena tidak berjalan dalam koridor Allah yang pertama. Allah
bisa saja menghilangkan penderitaan itu, akan
tapi
Allah lebih menghargai usaha manusia, dan lagi untuk membandingkan/menyadarkan mereka akan dosa yang dilakukan sebagai peringatan dari
kesalahan pada arah dan tujuan Allah (dalam hal ini
koridor). Thomas Hwang
menyatakan, “Ada alasan dan tujuan yang jelas mengapa Allah membiarkan semua
peristiwa tersebut terjadi. Ini adalah
rencana Ilahi Allah memakai Iblis sebagai alat-Nya untuk mengajar umat pilihan
tentang tujuan penciptaan.”[2]
Artinya Allah dengan sengaja membiarkan kejatuhan itu untuk tujuan Agung
dan karya keselamatan Allah yang akan diwujudkan melalui Perjanjian Baru serta
mengembalikan umat pilihannya kepada koridor Allah. Dari kisah manusia pertama kita banyak
belajar tentang koridor ini.
C.
Berjalan Dalam Koridor Allah
Mengulas
kalimat “Berjalan dalam koridor Allah” sangat penting dan memang memiliki
pengertian yang sangat luas. Akan tetapi penulis lebih
memfokuskanya di kalangan Kristen. Berjalan
dalam koridor Allah berarti berjalan
bersama Allah dalam jalan Allah, atau dengan kata lain jalan yang benar yang
dilalui orang-orang benar (Mzm. 1:6), bukan jalan manusia, atau orang
yang tidak percaya, yang tidak menyembah Allah yang benar.
Bertolak
dari zaman dahulu, – untuk masa kini, sistem koridor masih berlaku bagi
manusia. Allah tetap konsisten pada
aturan itu. Hanya saja warna-warni
pencobaan, serta rintangan hidup yang mencoba dan membuat manusia menyimpang
dari jalan atau koridor Allah itu berbeda-beda bentuk dan penyebabnya. Cobaan itu bisa
saja dari Iblis, dari orang lain atau dari diri sendiri. Hal itu tidak dapat dipungkiri. Justru dosa zaman ini semakin banyak
bentuknya, sehingga sulit membedakan antara kebenaran Tuhan dengan kelicikan
Iblis. Hanya orang yang terus berjalan
dalam koridor Allahlah yang tetap konsisten dan berkomitmen melalui jalanya bersama Allah, singkatnya mau diarahkan oleh
Roh Kudus.
Untuk
zaman ini, ketika manusia menyimpang dari koridornya, maka Allah akan manunggu
kapan manusia ingin berbalik, atau sadar akan kesalahannya. Tapi jika tidak sadar juga, Allah berinisiatif
memakai cara yang unik, mungkin saja itu kadang tidak menyenangkan, atau
mengesankan, untuk mengembalikannya kepada koridor Allah itu. Hal itu sangat selaras dengan Firman Tuhan
dalam Amsal 16:9, bahwa “ hati manusia memikir-mikirkan jalannya, tetapi
Tuhanlah yang menentukan arah langkahnya.”
Dalam bagian ini jelas bahwa Allah tetap konsisten mengembalikan manusia
berjalan dalam koridor Allah. Walupun
berbagai cara dilakukan manusia untuk menata hidupnya, dan memilih jalanya,
namun tetap akan kembali kepada Allah.
Kadang-kadang
sulit untuk dipahami oleh pikiran ─ karena
memang hal itu tidak perlu dipahami oleh
pikiran manusia yang terbatas. Koridor
Allah hanya dapat dimengerti oleh Allah sendiri, manusia hanya menjalani dengan
penuh ketaatan. Koridor Allah sangat berbeda dengan koridor manusia. Aturan
dalam koridor manusia bersifat
sepihak – ketika
manusia kehilangan arah, manusia sendiri yang berinisiatif mencari koridor yang
benar untuk kembali kearah dan jalan yang dituju, berbeda dengan koridor
Allah, Ia sangat konsisten dan berinisiatif mengembalikan
manusia kepada jalannya, dengan penuh kasih.
Kadang-kadang manusia sedikit berpikir, dan sedikit mengerti tentang
jalan itu, namun hanya sebatas pengalaman rohani bukan
pengertian mendalam; baik secara ilmu maupun dunia
pemikiran lainnya. Memang karya Allah
hanya dapat dinikmati dan dijalani, bukan dipersoalkan. Karena jika manusia memikirkannya maka akan
ada pemberotakkan, kemudian pada saat yang sama
manusia telah menyimpang lagi dari koridor Allah.
D.
Koridor Allah Dipandang
Dari Sisi Teologis
Tidak
banyak hamba Tuhan, ataupun penulis buku rohani lainnya yang menyinggung
tentang koridor Allah ini. Namun kebanyakan membahas tentang ‘jalan
keselamatan’. Mereka lebih fokus kepada penyelamatan orang - orang
yang belum percaya kepada Yesus dan karya-Nya.
Pertanyaan-nya
adalah, apakah salah jika penulis
menyinggung tentang jalan manusia di dunia ini yang diatur oleh Allah? Mungkin sedikit yang memberikan jawaban “ya”
.
Koridor
Allah jika di lihat dalam Alkitab, baik Perjanjian Lama, maupun Perjanjian
Baru, tentunya selalu ada kaitannya, karena
hal ini berbicara mengenai karya Allah sendiri.
Allahlah yang menjadi ‘sutradara’
dari semua kisah yang ada di jagat raya
ini. Koridor Allah sama artinya dengan
jalan Allah yang diperuntukkan kepada
manusia untuk dijalani dengan penuh ketaatan
– agar
semua tujuan yang dilalui dengan jalan-jalan
itu dapat memuliakan Tuhan, dan seterusnya untuk
memenuhi janji dan tujuan Allah (Kej. 18:19). Berjalan
dalam koridor Allah, berarti taat pada jalan-jalan Allah yang ditunjukan
kepada manusia. Karena tanpa koridor
yang jelas manusia tidak akan mengerti tujuan hidupnya di dunia ini, serta akan
kehilangan berkat-berkat Tuhan. Peraturan
itu akan terus berlanjut sampai manusia kembali bersama Allah dalam
kemualiaan-Nya.
Dalam Alkitab tertulis bahwa
siapa yang berjalan dalam koridor Allah akan diberkati, tetapi sebaliknya, jika
manusia tidak berjalan dalam koridor Allah akan dihukum sesuai dengan titah-Nya
(Ulangan 11:28; 26:17; Yos. 22:5), dalam hal ini, jalan yang
dimaksudkan lebih kearah penyembahan yang menyimpang (2 Sam. 22:22). Tetapi
jika mereka adalah pilihan Allah, maka akan dikembalikan ke dalam koridor
Allah. Berarti hukuman tetap akan dialami oleh
orang-orang yang tidak taat berjalan dalam Koridor Allah.
Untuk pengertian tentang hukuman
di zaman ini, mungkin bisa saja diartikan sebagai peringatan Tuhan untuk
mengembalikan manusia pilihan beralih kejalannya. Akibat kelalaian manusia, dan keberhasilan
penyesat. Itulah tantangan bagi orang percaya yang berjalan
dalam koridor Allah. Bisa saja, seolah-olah penyesat membuat
manusia memproklamirkan kebenaran, artinya berjalan dalam koridor Allah, akan
tetapi
sesungguhnya dia sudah jauh dari Allah (Ulangan 13:5). Jika dipahami
dengan baik, sesungguhnya
berjalan dalam koridor Allah itu tidak sulit, justru itu menyenangkan hati
Allah, sebab ketika berjalan – rasa takut
akan Allah selalu menjadi pertanda kehadiran Allah yang senantiasa menyertai setiap anak-anak
Allah yang setia dan taat melayani Tuhan (Mzm. 25:10,
12).
Berjalan dalam koridor
Allah dapat disimpulkan
dalam beberapa poin
berikut:
1.
Berjalan sesuai kehendak Allah
(1 Tes. 2:12; 1 Yoh. 2:17)
2.
Mengikuti jalur Allah
(Mzm. 18:22)
3.
Tidak menyimpang ke jalan lain
(Ayub 23:11)
4.
Tetap menyembah Allah (Yos. 24:15)
5.
Setia bersama Allah
(Why. 2:10
Tentang keselamatan Allah untuk mengembalikan manusia ke dalam koridor
Allah yang jatuh kedalam dosa (Adam)
dengan pengorbanan Yesus di salib merupakan hal yang berbeda. Sifat pengembalian ini biasa disebut dengan
istilah “keharusan konsekuensi absolut.”
Seperti yang dinyatakan Murray:
“pandangan lainnya kita sebut
sebagai keharusan konsekuensi absolut.
Istilah “konsekuensi” dalam pengertian ini menunjuk kepada fakta
bahwa kehendak atau dekrit Allah
untuk menyelamatkan manusia merupakan
anugerah yang bebas dan berdaulat. Menyelamatkan orang yang terhilang bukanlah
merupakan suatu keharusan absolut, tetapi merupakan itikad baik dari Allah yang berdaulat. Namun demikian istilah “keharusan absolut”
menunjukkan bahwa Allah yang karena itikad baik-Nya telah memilih sebagian
orang untuk mendapat hidup yang kekal. …”[3]
Intinya adalah Allah tetap konsisten dengan janji dan kasih-Nya
memelihara manusia pilihan untuk kembali pada koridor Allah. Memang bukan hak mutlak manusia untuk
memilih, namun karena kebaikan Allah yang cuma-cuma yang dijalankan-Nya secara
konsisten maka pemilihan pengembalian koridor pun sesuai dengan kedaulatan dan kehendak-Nya.
Jadi koridor yang dibuat oleh Allah merupakan anugerah yang diterima
oleh “manusia pilihan” dan yang merespons panggilan itu melalui karya Roh
Kudus.
E.
Kesimpulan
Tidak semua orang Kristen memahami
koridor Allah. Tapi kebanyakan sudah
mempelajari doktrin Kristen.
Diantaranya: tentang kedaulatan Allah, pemeliharaan Allah, predestinasi
dan keselamatan. Akan tetapi semua itu
tidak terlepas dari inti koridor Allah sendiri.
Semua apa yang telah diciptakan oleh Allah, berada dalam kedaulatan
Allah, lebih lanjut, Allah juga
telah menetapkan dari semula, apa yang akan terjadi pada ciptaan-Nya kelak
(Roma 8:26,30; Flp. 1:5; Ef. 1:9,11). Mengenai hal ketetapan, Henry C. Thiessen
mendefinisikan ketetapan Tuhan sebagai “rencana atau rencana-rencana kekal
Allah yang dilandaskan pada pertimbangan ilahi yang bijaksana dan kudus. Dengan jalan ini maka Allah secara bebas dan tidak berubah, demi
kemuliaan-Nya sendiri, telah menetapkan baik secara efektif maupun secara
permisif segala sesuatu yang akan terjadi.”[4].
Koridor Allah adalah jalan Allah, yang
telah ditentukan untuk ciptaan-Nya.
Allah ingin agar semua koridor yang telah diatur menurut jalannya
masing-masing (manusia) menuju kekekalan, yang mana Allah bersemayam. Memang semua manusia yang diciptakan berjalan
dalam koridornya, banyak yang tidak taat, kemudian berpaling menuruti keinginan
hatinya. Dalam keadaan itu Allah tidak
serta merta memaksa manusia untuk kembali kepada koridor Allah yang semula,
jikalau manusia itu bukan pilihan Allah.
Akan tetapi, sebaliknya, jika manusia pilihan itu berpaling dari jalur atau koridor Allah yang
sudah ditetapkan-Nya, maka Allah sendiri yang akan mengembalikan
umat-Nya, dan menuntun mereka menuju kekekalan.
Mungkin ketika Allah mengembalikan umat, bisa saja dengan cara yang menyakitkan
karena ketegaran hati manusia, tapi kasih-Nya melebihi segalanya, Allah setia
pada janji-Nya dengan memelihara dan memimpin umat melalui koridor-Nya.
Jadi, bagaimana? Apakah masih
meragukan koridor Allah, atau adakah kita sudah berpaling
dari jalur yang benar? Jika ia, berarti
saat ini saudara berada dalam kondisi “nyasar”? maka kembali pada koridor
masing-masing,
yaitu koridor yang sudah ditetapkan Allah untuk dijalani. Jalani hidup ini sesuai titik koordinat, yang
sudah diatur dalam perjalanan saudara.
Ingat! Jika masih bingung berjalan, atau takut nyasar dalam koridormu,
bertanyalah pada Pembuat koridor dalam doa dan perenungan Firman. Karena
Dialah yang tahu segalanya sampai akhir hidup saudara, bahkan sampai
kekekalan, kelak menjadi tumpuan
terakhir seluruh warga kerajaan Allah.
Bersiaplah, jalanilah, imanilah, Tuhan
menyertai kita, di sepanjang jalan
hidup,
dalam koridor Allah, Tuhan Yesus memberkati, Syalom!
Sumb Referensi
Alk
Bi
[4] Henry C. Thiessen, Lectures in Systematic
Theology, direvisi Vernon D. Doerksen, terjemahan, (Malang:
Gandum Mas, 1992),153.
Komentar
Posting Komentar