DIBALIK KISAH CINTA 21 MARET
DIBALIK
KISAH CINTA 21 MARET
OLEH : TOMI EDUARSON
SAOGO
K
|
ebenaran cinta biasanya terbukti dipenghujung jalan, dengan
waktu yang tidak terduga. Katanya, hal
semacam itu adalah waktu yang tepat untuk mrngetahui kebenaran cinta yang
dimiliki pasangan. Akan tetapi ada juga
yang berpendapat bahwa cinta dapat teruji, ketika seseorang tengah dirundung
duka nestapa, entah itu kehilangan orang tua, sahabat, bahkan mantan
kekasih. Baru-baru ini, teman saya baru
mengerti, bahwa kekasihnya benar - benar mencintainya, setelah membaca diary
miliknya. Dia sudah putus hubungan karena prasangka yang
tidak baik, akibat lebih menaruh perhatian kepada orang lain ketimbang kekasih
sendiri. Mungkin ada lagi, dan masih
banyak lagi kisah yang serupa tapi tak sama tentang kesadaran bahwa cinta dapat
terbukti, meskipun waktunya kadang lama, dan membosankan. Bagi saya hal semacam itu merupakan misteri,
kita tidak tahu kapan dan dimana tempat cinta itu dibuktikan. Yang kita tahu adalah bagaimana mencintai
bukan dikhianati, atau berusaha mengenal tanpa dikecewakan.
Masalah diatas, merupakan
pengalaman yang teruji oleh beberapa
orang bahkan ratusan orang, dengan peristiwa yang hampir sama; dikhianti,
dikecewakan, kehilangan, bahkan terpisah oleh jarak dan waktu, dan masih banyak
lagi penyebab keputusasaan itu. Semuanya
itu sudah terekam dalam memori sang waktu.
Kapan saja, bisa mengingatkan kembali kisah-kisah manis atau pahit
itu. Atau sebaliknya, bisa menghilangkan
semua dalam hidup kita. Ya, itulah
rona-rona kehidupan, yang selalu membuat hati galau dan sedih, atau senang. Banyak cinta yang tak dapat diraih oleh karena
cinta itu sendiri tidak mampu diraih, banyak cinta yang tak mampu diraih, oleh
karena cinta itu bukan cinta kita, tapi banyak cinta yang sulit diraih,
terkadang itulah cinta, harus ada usaha
dan keyakinan untuk mendapatkannya karena itu ternyata cinta kita. Untuk memahami teori ini hanya satu jawabannya
yaitu, mencintai tanpa batas waktu. Maka kita akan menemukan cinta yang kita
cari dan yang mencari kita.
Saya mengalami dilema saat
diperhadapkan dengan cinta itu.
Terkadang saya ingin mengakhirinya, tapi timbul rasa menyesal, terkadang
juga ada rasa takut, serta bimbang. Bayak
hal dari cinta hampir semua sama, tapi yang satu ini, berbeda dari yang
lain. Saya akan mengulas kembali memori
yang pernah hilang dibalik kisah 21 Maret, yang membuat saya merasa, seolah
cinta itu telah hilang sepenuhnya dalam sekejap. Aku
tidak dapat menggapainya, waktupun tidak dapat menemukannya. Semuanya telah sirna.
Waktu itu, bulan Juni 2014, merupakan waktu pertama
kalinya saya berjumpa dan mengenal dia.
Dalam kegiatan Misiontrip kampus angkatan saya. Saya tidak menyangka bahwa saat-saat seperti
itu dapat kesempatan melihat penghibur
hati ditengah kesibukan dan pelayanan, adek Helena yang memperkenalkan dia,
namanya Juita. Memang waktu itu tidak secara langsung saya
mengungkapkan rasa cinta, tapi ya, ada. Kesempatan
itu tidak lama hanya beberapa jam saja, itupun bukan bersama-sama dengan dia,
tapi bersama banyak orang dalam satu acara seminar yang kami
selenggarakan. Saya berada diposisi
depan, sambil memainkan gitar mengiringi jalanya acara itu. Sangat disayangkan waktunya singkat, dan kami
harus kembali kepenginapan setelah acara itu,
4 kilo meter jaraknya dari sekolahnya ketempat penginapan kami. Lalu
tidak lama setelah itu kamipun kembali ke Jakarta. Walaupun hanya beberapa jam saja bersama dia,
tapi rasanya wajahnya masih tersimpan di memori.
Selanjutnya hari
demi hari kulewati, masih saja ada rasa penasaran tentang dia di benak saya
walaupun kelihatannya tidak mungkin lagi berjumpa. Akhirnya saya berinisiatif minta nomor hand
phonenya kepada adek Helen, ya tidak lama saya akhirnya bisa telpon dia. Memang belum begitu nampak perasaannya kapada
saya, tapi dia berusaha terus mengenalku lewat adek Helen, karena mereka satu
tingkat. 6 bulan berlalu saya harus
turun praktek di Probolinggo selama 4 bulan, disanalah saya dan dia mulai
saling mencintai meskipun dengan jarak jauh dan waktu terbatas. Ditengah kesibukan pelayananku dia sering
menyempatkan waktunya untuk memberi kabar dan perhatian, layaknya sepasang
kekasih yang menjalin hubungan (berpacaran), walaupun kami belum secara resmi berpacaran. Selama 4 bulan itu kami jalani dengan baik,
bahkan dia menjadi partner dalam memutuskan masalahku, karena ketika dia
memberikan pendapat selalu menjadi pertimbangan yang memberi solusi yang tepat dalam kehidupannya saya. Sebab itu saya semakin yakin bahwa dengan dia
ada tanda-tanda kedewasaan bercinta yang baik.
Bahkan salah satu pergumulan terberat ketika saya ingin pindah
pelayanan, ke Sulawesi, dia juga terlibat dalam doa yang penuh dengan keyakinan,
dan terbukti doa kami diperkenankan oleh Tuhan, dan akhirnya saya berangkat ke
Sulawesi Tengah. Disanalah saya mengenal dia dengan lengkap
meskipun hanya lewat telpon. Akan tetapi
itu sudah cukup untuk saya mengenal kepribadian bercintanya untukku. Memang dalam keadaan itu masih tersimpan
sedikit keraguan karena pengaruh masa lalu dengan mantan-mantan kekasih yang
mengecewakanku, sehingga sampai saat aku kehilangannya belum pernah secara
resmi saya mengakuinya sebagai kekasih.
Setahun
lamanya saya praktek di Banggai Kepulauan, Selawesi Tengah, namun 9 bulan lamanya saya menjalin hubungan
tanpa pengakuan dengan dia dan selama itulah dia menunggu kepastian
itu...pernah dia bertanya “bagaimana hubungan kita”?, tapi saya selalu
mempertahankan prinsip lama akibat pengaruh masa lalu, bahwa tidak pernah
mengakui kekasih sebagai pacar sebelum berjumpa langsung dan mengungkapkan rasa
itu. Setelah dia mendengar itu, dia
tidak kecewa, tapi dia terus berharap waktu bisa menjawabnya. Saya tidak sadar bahwa memang saat itu, jawaban itulah yang dibutuhkannya. Kami jalani hari-demi hari selama 9 bulan di
Sulawesi dengan perantara telpon dan Facebook.
Sikap dan perhatianya semakin membuatku jatuh cinta kepadanya. Dia adalah satu-satunya yang pernah ada
didunia ini, dan tidak akan pernah ada lagi yang lain seperti dia. Disaat kesulitan pelayananku hal yang sama,
dia selalu memberikan motivasi dan jalan keluar yang baik, dengan penuh rasa
cinta. Hal Itulah yang semakin membuatku
begitu mencintainya. Tapi di tidak butuh
itu, hanya butuh kepastian. Saat itu
saya masih belum menyadarinya. Sudah
banyak janji yang saya umbar untuk masa depan kami, dan itu membuatnya semakin
terikat dengan aku, bahkan janji untuk bertemu itu menjadi impian terakhirnya
supaya mendapatkan kepastian dan pengakuan itu. Dalam komunikasi meskipun lewat telpon, kami
sering menggunakan istilah sayang, cinta, kekasih dan lain-lain, layaknya
sepasang kekasih berkomunikasi. Tapi
lagi-lagi itu tidak cukup baginya... dihari-hari yang berlalu pernah saya
bermimpi tentang dia, dan saya menceritakannya, dia sangat senang. Hal itu sering terjadi. Begitupun sebaliknya. Tapi pada malam terakhir mimpi yang kualami
ini, merupakan mimpi yang sangat indah yang pernah ada, mungkin tak kan pernah ada lagi. Suasananya sangat romantis, sepih dan
.....jika di ingat lagi, seolah aku
bersama-sama dengan dia saat ini,
sepertinya nyata. Saat itu.........tak
dapat terkatakan bahkan aku tidak mampu membayangkannya lagi, sepertinya kisah
itu sudah dimakan waktu. Paginya,
seperti biasanya, saya berusaha untuk menelpon dia, maksudnya ingin memberitahu
mimpi itu, tapi telpon tidak diangkat.
Saya mencoba beberapa kali, tetap tidak diangkat. Saya semakin kuatir apa yang terjadi dengan
dia. Tidak lama setelah itu, adek Helen
telpon saya, dengan nada sedih dan tangisan menyampaikan kabar buruk itu kepada
saya. Saya, tidak percaya dan mematikan
telponnya. Kemudian mama Daud telpon
saya, dia adalah salah satu keluarga Juita ditempat kerjanya yaitu di Panti
Asuhan KAUM, juga memberikan kabar yang sama dan menyedihkan, bahwasannya Juita
sudah meninggal.....hhhm, sepertinya saat aku menuliskan kisah ini, dia ada disini bersama-sama dengan aku, aku
merasakannya....dia meniup rambutku, mungkin sedang
memperhatikanku.........maafkan aku,
Juita. Aduh.....kakiku terasa
keram,....susah digerakan, dan rasanya nyeri..huffft.
Lanjut,
setelah mendengar kabar itu rasanya jiwaku melayang, tak terima kenyataan
ini. Semua harapan seolah hilang, penyesalan
dan rasa bersalah bertubi-tubi mengusikku dan menyalahkanku, baik dari orang
lain maupun dari diriku sendiri,......(ha, benar tanda kehadirannya lewat bunyi suara cicak
dibelakangku), berarti .............huuuuhh mungkin hanya halusinasi. Rasanya aku tidak mampu menggapainya, tidak
mampu menerima kenyataan ini. Hatiku
sedih, hatiku hancur, hatiku gunda, dan hatiku remuk ditempa kisah tragis
ini, oh sungguh kekasih yang
malang, aku tidak dapat menyelaminya.
Setelah kejadian itu, hidupku berubah, dan semuanya seolah
berubah, aku menjadi pesimis dalam menilai wanita, sampai sekarang. Aku juga sadar dan sedih karena sebelum ia
meninggal, ia belum mendapatkan yang ia mimpikan, yaitu kepastian dariku
tentang hubungan kami, tapi aku yakin dia sudah tahu bahwa aku benar-benar
mencintainya. Ternyata kisah nyata yang
saya dengar sangat berbeda dengan mimpi yang terjadi. Kebahagiaan dimimpiku merupakan kenangan
indah, termanis dan terakhir darinya.
Kebahagiaan dimalam hari menjadi sedih dipagi hari, sungguh kenangan
yang mengharukan, bahkan menyedihkan.
Yang jelas kepergiannya bukanlah inginku atau mimpiku. Itu semua sangat kontras. Sekali lagi tidak dapat dibayangkan. 21 Maret 2016, merupakan hari perkabungan
yang sangat dalam bagiku dan bagi orang-orang yang pernah mengenalku di
Mentawai dan di tanah Bangkep. Mungkin saja
hari itu merupakan hari dimana saya akan mengungkapkan rasa cinta secara resmi,
tapi Juita mengakhirnya dengan resmi melalui kematiannya. Aku harap sebelum ia meninggal, dia sudah
mengerti, bahwa aku benar-benar mencintainya.
Aku benar-benar mencintai Juita.
Dalam kisah ini, aku banyak belajar bahwa cinta itu tidak
hanya butuh janji, tidak butuh perhatian, tapi lebih banyak membutuhkan kepastian. Karena tanpa kita perhatikan mereka, mereka
terlebih dahulu memperhatikan kita, semuanya sudah dalam rencana mereka, hanya
satu yang menjadi kebutuhan pokok mereka yaitu kepastian hubungan bukan
keraguan. Juita banyak mengajarkan aku
tentang cinta, secara dewasa, bukan karena pengalaman karena banyak pacar, tapi
oleh pengakuan yang pasti dan jujur, itulah yang akan mempengaruhi seluruh
hubungan cinta yang ada. Terima kasih
untukmu, Juita.
Komentar
Posting Komentar